Diskusi Kelompok Mengenai Psikologi Pendidikan dan Media Pembelajaran

Kelompok 6 :


Siti Habibah Rhadiatullah 11-027
Yan Adelaila Rambe 11-047
Ririn Hapsari 11-103
Nurul Fadhillah 11-107
Shellani Raudoh 11-115


1. Persinggungan Antara Teknologi dan Pendidikan
Jika ditilik dari makna,
Teknologi adalah metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis; ilmu pengetahuan terapan atau dapat pula diterjemahkan sebagai keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yg diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. (http://id.wikipedia.org/wiki/Teknologi)
Sedangkan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. (http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan).

Dari pengertian tersebut, kami mendiskusikan dimanakah persinggungan keduanya. Kami berpendapat bahwa persinggungan antara keduanya terjadi saat mendapatkan informasi untuk pembelajaran menggunakan teknologi dan mempelajari teknologi itu sendiri dengan pembelajaran.

Contohnya, kini sering dalam proses belajar mengajar di kelas, teknologi yang digunakan adalah pada saat pemberian bahan ajar menggunaan proyektor dan mendapatkan bahan pembelajaran dari internet.Bahkan pada mata kuliah pendidikan ini, tugas di posting di blog, sangat ketara penggunaan teknologinya :)
2. Standar Melek Teknologi Menurut International Society for Technology in Education (2000) dibandingkan dengan yang Terjadi di Indonesia, Medan Khususnya, dan Terlebih Khusus Lagi Masa Sekolah Dahulu
Berpacu dari Standar Melek Teknologi Menurut International Society for Technology in Education (2000) yang bekerja sama degan US Departement of Education, standar tersebut belum sepenuhnya teraplikasi di Indonesia pada saat ini.

Masih jauh perbedaannya, walau ada juga sedikit bagian kecil yang sudah terpenuhi yakni pada Pra Taman Kanak-kanak Sampai Grade Dua, itu juga hanya seputar kemampuan mengoperasikan komputer dan sebagainya, kalau mengenai menggunakan variasi media secara independen, penggunaan buku interaktif-software pendidikan-ensiklopedia multimedia dasar, dan perilaku etis-positif menurut kami masih belum. Kebanyakan kini, anak-anak tersebut orientasi teknologinya pada games online dsb.

Berlanjut pada standar di Grade 3-12, walau tetap masih ada yang teraplikasi (lagi-lagi mengenai pengoperasian komputer, denga tambahan penggunaaan komunikasi juga), namun makin jauh saja... Terutama mengenai riset-analisis-produktivitas, problem solving hardware dan software, desain-publikasi-paparkan, evaluasi akurasi-relevansi-bias maya dengan nyata, identifikasi kapabilitas-keterbatasan teknologi kontemporer, dan kelola komunikasi informasi personal-profesional, wah.... Indonesia masih tertinggal jauh.

Medan bagaimana? Lebih jauh lagi. Masih ada yang namanya perbedaan status sosial yang nyata. Secara umum, Teknologi hanya menjadi makanan keluarga berstatus finansial tergolong mampu. Sekolah-sekolah di Medan juga masih sedikit yang berstandar internasional.

Kalau Medan yang sekarang masih begini, Medan yang dulu ketika kami masih kecil bagaimana lagi? Lebih ekstrim, rata-rata kami mengenal handphone di grade 3 dan komputer di grade 5. Dahulu, pengetahuan tentang teknologi memang masih sangat minim. Bukan hanya murid, namun juga gurunya. Orientasi belajar dulu masih pada papan tulis dan buku. Jauh dengan yang sekarang..
3. Penjelasan, Pandangan Sebagai Seorang Mahasiswa, dan Pendapat Terkait Ubiquitous Computing
Ubiquitous Computing merupakan perkembangan generasi komputer dimana proses informasi terintegrasi dan menyebar luas dalam aktifitas manusia.Komputer menjadi perangkat yang lebih kecil, portabel, mobile, dan murah. Distribusi komputer lebih ditekankan ke lingkungan daripada personal. Ibaratnya, di setiap sudut kita bisa mendapat informasi yang bahkan tidak diperlukan. Bukan manusia lagi yang mencari informasi, malah informasi yang menghujani manusia.

Pandangan kami sebagai mahasiswa mengenai Ubiquitous Computing, sesuai dengan yang dipelajari dalam psikologi pendidikan, teknologi merupakan media penting dalam media pembelajaran dan dengan adanya Ubiquitous Computer ini kami berpendapat bahwa kita dapat meningkatkan kualitas pendidikan itu sendiri maupun terhadap teknologi karena menjadi mudahnya memperoleh informasi. Kami mendukung Ubiqouitous Computing yang menjadikan komputer eksis di dunia manusia, bukan menempatkan manusia dalam virtual.

Namun dengan kecanggihan yang begitu memesona, jangan sampai kita jadi terhanyut. Dari segala sisi positif, ada juga bagian-bagian negatif yang tidak kita sadari. Radiasi yang mengancam kesehatan manusia maupun kejahatan yang makin mudah berkibar. Tetap harus be wise and take care :)
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

psikologi sekolah

1
1.Kedudukan psikologi sekolah dalam ilmu psikologi

Bidang psikologi sekolah terkait dengan dan psikologi klinis. Psikologi sekolah sebenarnya berasal dari psikologi funsional. Psikolog sekolah tertarik terhadap  perilaku anak-anak, proses belajar dan disfungsi dalam kehidupan ataupun disfungsi otak. Mereka ingin memahami penyebab perilaku dan pengaruh prilaku  terhadap belajar. Psikologi sekolah juga merupakan contoh paling awal dari psikologi klinis, dimulai sekitar 1890. Walaupun psikolog klinis dan psikolog sekolah memiliki tujuan yang sama yaitu sama-sama ingin membantu meningkatkan kehidupan anak-anak, terdapat pendekatan yang berbeda. Psikolog sekolah lebih memperhatikan   pembelajaran sekolah dan masalah perilaku anak, sedangkan psikolog klinis lebih berfokus pada kesehatan mental.

2.      Perbedaan Psikologi Pendidikan dan Psikologi sekolah

Tidak terdapat begitu banyak perbedaan yang signifikan antara psikolog pendidikan dengan psikolog sekolah, karena keduanya bergerak di dalam dunia belajar-mengajar dan memiliki satu tujuan yang sama, yakni untuk meningkatkan mutu atau kualitas pendidikan. Berikut beberapa perbedaannya dari berbagai segi:

a.       Defenisi

Psikologi pendidikan adalah cabang ilmu psikologi yang mengkhususkan diri pada cara memahami pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan. Psikologi pendidikan merupakan gabungan dari psikologi perkembangan dan psikologi sosial, sehingga hampir sebagian besar teori-teori yang ada dalam psikologi perkembangan dan psikologi sosial digunakan di psikologi pendidikan.
Psikolog pendidikan memiliki andil dalam merancang kurikulum pendidikan yang disesuaikan dengan usia perkembangan anak dan berperan untuk senantiasa memonitor perilaku anak didik di lingkungan sekolah, keluarga ataupun masyarakat melalui komunikasi dua arah dengan orang tua anak.

Psikologi sekolah adalah bidang psikologi yang menerapkan prinsip-prinsip psikologi klinis dan psikologi pendidikan untuk diagnosis dan penanganan masalah perilaku dan belajar pada anak-anak dan remaja di sekolah.
Psikolog sekolah harus peka dan dapat membantu menyelesaikan permasalahan-permasalahan internal yang dapat menghambat proses belajar dan pencapai prestasi siswa serta  dapat menjadi partner bagi guru BK (bimbingan karir), yang notabene dituntut lebih aktif tampil di depan kelas untuk membimbing siswa dalam proses pengembangan diri dan karir. melakukan diagnostik dalam arti luas, pelaksanaan tes; melakukan wawancara dengan siswa,guru, orangtua dan orang lain yang terlibat dan mempengaruhi pendidikan siswa; observasi dilingkungan sekolah; serta mempelajari data kumulatif prestasi belajar siswa.

Sederhananya, psikolog pendidikan lebih diidentifikasi sebagai teoris dan peneliti, sedangkan psikolog sekolah lebih diidentifikasi sebagai praktisi di sekolah.

b.      Tujuan

Psikologi pendidikan berupaya untuk memahami aspek dasar pembelajaran manusia dan mengembangkan bahan dan strategi untuk meningkatkan proses pembelajaran, sedangkan,
Psikologi sekolah berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi yang bertujuan untuk membentuk mind set anak.

c.       Tugas dan Peran

Ø   Psikolog Pendidikan :
·         mengamati dan berkonsultasi dengan multi-lembaga untuk memberikan saran tentang pendekatan terbaik dan ketentuan yang dapat mendukung pembelajaran dan pengembangan;
·         mengembangkan dan mendukung program pengelolaan terapi dan perilaku;
·         merancang dan mengembangkan kursus untuk orang tua, guru dan lain-lain yang terlibat dengan pendidikan anak-anak dan remaja;

Ø   Psikolog Sekolah :
  • Berkonsultasi dengan guru, orang tua, administrator, dan masyarakat penyedia kesehatan mental tentang belajar, sosial, dan masalah perilaku;
  • Terlibat dalam kegiatan sekolah dalam aktivitas menyehatkan;
  • Membantu pendidik dalam membuat suasana kelas dan lingkungan sekolah yang aman, sehat dan tenang;

3.      Fungsi sekolah sebagai agen perubahan

Lembaga Pendidikan seperti sekolah adalah tempat transfer ilmu pengetahuan dan budaya (peradaban). Melalui praktik pendidikan, peserta didik diajak untuk memahami bagaimana sejarah atau pengalaman budaya dapat ditransformasi dalam zaman kehidupan yang akan mereka alami serta mempersiapkan mereka dalam menghadapi tantangan dan tuntutan yang ada di dalamnya.

Oleh karena itu sekolah bertujuan mempersiapkan masyarakat baru yang lebih ideal, yaitu masyarakat yang mengerti hak dan kewajiban dan berperan aktif dalam proses pembangunan bangsa. Melalui sekolah, gambaran tentang masyarakat yang ideal itu dituangkan dalam alam pikiran peserta didik sehingga terjadi proses pembentukan dan perpindahan budaya. Pemikiran ini mengandung makna bahwa lembaga pendidikan sebagai tempat pembelajaran manusia memiliki fungsi sosial atau agen perubahan di masyarakat.

4.      Metode Pengajaran  Dalam Sekolah

Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh guru atau instruktur. Dalam pengertian lain metode adalah teknik penyajian yang digunakan oleh guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan digunakan oleh siswa dengan baik.
Mengajar sebagai bagian penting dari upaya mencapai tujuan pendidikan tidak dapat dipisahkan dari hakikat pendidikan itu sendiri sebagai suatu bentuk usaha untuk memanusiakan manusia. Jika dihubungkan dengan  Pengertian Pendidikan   diarahkan untuk memingkatkan kecerdasan serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa sehingga alam lingkungan sekolah dimaksudkan sebagai lembaga untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang ditegaskan dalam UU Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Siswa sebagai sasaran pembelajaran, dituntut untuk meningkatkan kemampuan belajarnya sehingga dapat memiliki hasil belajar yang baik agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa, maka salah satu komponen yang perlu mendapat perhatian adalah penggunaan metode mengajar yang tepat agar siswa dapat menguasai dan memahami konsep-konsep materi pembelajaran dan keterampilan.
Metode mengajar merupakan salah satu aspek yang sangat penting oleh guru dalam proses belajar mengajar di sekolah. Dengan menggunakan metode mengajar yang tepat diharapkan siswa dapat memahami secara optimal materi pelajaran yang diajarkan oleh guru. Menurut Djayadisastra (1985:13) mengemukakan bahwa “berhasil tidaknya siswa dalam pembelajaran sangat tergantung pada tepat atau tidaknya metode mengajar yang dipergunakan oleh guru”.
Beberapa jenis metode mengajar yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran antara lain: metode ceramah, resitasi, tanya jawab, diskusi dan sebagainya. Namun metode ceramah lebih banyak menuntut keaktifan guru daripada siswa, sehingga guru tidak mampu untuk mengontrol sejauhmana siswa telah memahami uraian pelajaran yang telah diberikan oleh guru, karena ketenangan atau kediaman siswa dalam mendengarkan pelajaran belum pasti bahwa siswa telah memahami uraian dari pelajaran yang diberikan oleh guru. Selain itu metode ceramah yang selalu digunakan dan terlalu lama dapat menimbulkan kejenuhan dan kebosanan bagi siswa, sehingga proses pembelajaran tidak berlangsung secara efisien dan tujuan pembelajaran tidak tercapai sebagaimana yang diharapkan.
Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar.
Menurut Winarno yang dikutip oleh Suryosubroto (2002:148) metode pengajaran adalah cara-cara pelaksanaan daripada proses pengajaran, atau soal bagaimana teknisinya sesuatu bahan pelajaran diberikan kepada siswa di sekolah.

5.      Permasalahan Siswa di Sekolah

Berikut ada lima daftar masalah yang selalu dihadapi para remaja di sekolah.
1.      Perilaku Bermasalah (problem behavior). Masalah perilaku yang dialami remaja di sekolah dapat dikatakan masih dalam kategori wajar jika tidak merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Perilaku malu dalam dalam mengikuti berbagai aktvitas yang digelar sekolah misalnya, termasuk dalam kategori perilaku bermasalah yang menyebabkan seorang remaja mengalami kekurangan pengalaman. Jadi problem behaviour akan merugikan secara tidak langsung pada seorang remaja di sekolah akibat perilakunya sendiri.
2.      Perilaku menyimpang (behaviour disorder). Perilaku menyimpang pada remaja merupakan perilaku yang kacau yang menyebabkan seorang remaja kelihatan gugup (nervous) dan perilakunya tidak terkontrol (uncontrol). Memang diakui bahwa tidak semua remaja mengalami behaviour disorder. Seorang remaja mengalami hal ini jika ia tidak tenang, unhappiness dan menyebabkan hilangnya konsentrasi diri. Perilaku menyimpang pada remaja akan mengakibatkan munculnya tindakan tidak terkontrol yang mengarah pada tindakan kejahatan. Penyebab behaviour disorder lebih banyak karena persoalan psikologis yang selalu menghantui dirinya.
3.      Penyesuaian diri yang salah (behaviour maladjustment). Perilaku yang tidak sesuaiyangdilakukan remaja biasanya didorong oleh keinginan mencari jalan pintas dalam menyelesaikansesuatutanpa mendefinisikan secara cermat akibatnya. Perilaku menyontek, bolos, dan melangar peraturan sekolah merupakan contoh penyesuaian diri yang salah pada remaja di sekolah menegah (SLTP/SLTA).

4. Perilaku tidak dapat membedakan benar-salah (conduct disorder). Kecenderungan pada sebagian remaja adalah tidak mampu membedakan antara perilaku benar dan salah. Wujud dari conduct disorder adalah munculnya cara pikir dan perilaku yang kacau dan sering menyimpang dari aturan yang berlaku di sekolah. Penyebabnya, karena sejak kecil orangtua tidak bisa membedakan perilaku yang benar dan salah pada anak. Wajarnya, orang tua harus mampu memberikan hukuman (punisment) pada anak saat ia memunculkan perilaku yang salah dan memberikan pujian atau hadiah (reward) saat anak memunculkan perilaku yang baik atau benar. Seorang remaja di sekolah dikategorikan dalam conduct disorder apabila ia memunculkan perilaku anti sosial baik secara verbal maupun secara non verbal seperti melawan aturan, tidak sopan terhadap guru, dan mempermainkan temannya . Selain itu, conduct disordser juga dikategorikan pada remaja yang berperilaku oppositional deviant disorder yaitu perilaku oposisi yang ditunjukkan remaja yang menjurus ke unsur permusuhan yang akan merugikan orang lain.
5. Attention Deficit Hyperactivity disorder, yaitu anak yang mengalami defisiensi dalam perhatian sehingga gerakan-gerakannya tidak dapat terkontrol dan menjadi hyperactif. Remaja di sekolah yang hyperactif biasanya mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian sehingga tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya atau tidak dapat berhasil dalam menyelesaikan tugasnya. Jika diajak berbicara, remaja yang hyperactif tersebut tidak memperhatikan lawan bicaranya. Selain itu, anak hyperactif sangat mudah terpengaruh oleh stimulus yang datang dari luar serta mengalami kesulitan dalam bermain bersama dengan temannya.
6.         Peran dan Fungsi Psikolog Sekolah
Dalam bidang pendidikan peran psikologi atau psikolog khususnya lebih ditujukan untuk mengentasi masalah-masalah yang dihadapi siswa dalam hal belajar baik dirumah ataupun disekolah, tetapi bagi sekolah menengah pertama ini lebih kepada bagian Bimbingan dan Konseling Siswa yang bertugas membimbing siswa-siswa yang bermasalah agar tidak berdampak pada psoses belajar mereka. Kemudian juga dapat meningkatkan motivasi belajar dari para siswa agar hasil belajar siswa meningkat. Dan mengupayakan sekecil mungkin menekan berbagai masalah yang dihadapi siswa yang berhubungan dengan proses belajar.
Kemudian psikodiagnostik sendiri dapat berperan dalam melakukan serangkaian Tes Intelegensi atau Pemeriksaan Psikologis bagi para siswa untuk penentuan jurusan bagi siswa SMP kelas 3 yang sesuai dengan minat dan bakat mereka nantinya setelah mereka memasuki Sekolah Menengah Umum ataupun Kejuruan.
Pelaksanaan psikologi dalam hal diagnostik di sekolah:
·       Pelaksanaan tes 
Dalam hal ini, tes yang dilakukan dapat berupa Tes IQ, psychotest ataupun tes minat dan bakat siswa
Melakukan wawancara dengan siswa, guru, orangtua, serta orang-orang yang terlibat dalam pendidikan siswa.
Anak diharapkan dalam keadaan senyaman mungkin, sehingga pertanyaan yang diajukan oleh psikolog sekolah dapat dijawab dengan sebenar-benarnya dan mencapai ke-validitas-an data.  
Observasi siswa di kelas, tempat bermain, serta dalam kegiatan sekolah lainnya 
Psikolog mengamati secara langsung kegiatan sehari-hari siswa. Sehingga psikolog dapat secara langsung menarik kesimpulan dari pola tingkah laku yang ditunjukkan oleh si anak.
·         Mempelajari data kumulatif prestasi belajar siswa.
Psikolog mengumpulkan seluruh hasil belajar siswa baik dari segi kognitif, konatif dan psikomotor.
            Dengan memaparkan beberapa hal diatas yang dilakukan oleh para psikolog sekolah terhadap peserta didik, dapat kita tarik kesimpulan bahwa psikolog sekolah berperan aktif  dalam mengembangkan kemampuan anak, baik dalam bidang akademik maupun non-akademik. Psikolog sekolah dapat memberikan apresiasi terhadap peserta didik yang mengalami progress dalam hal studi maupun olahraga ataupun memberikan motivasi kepada peserta didik yang dianggap menurun kualitas akademiknya.
7.      Hal-hal yang Berkaitan dalam Kaitannya dalam Layanan Psikolog sekolah
Program Integratif
Program ini ditujukan untuk sekolah berupa paket lengkap Layanan Konsultansi Psikolog  Sekolah berupa program asesmen, konseling, seminar dan pelatihan lengkap untuk siswa, guru dan orangtua selama 2 tahun berturut-turut. Program ini  dapat disesuaikan dengan jenjang sekolah (TK-SD-SMP-SMA) dan jumlah siswa yang ada di tiap sekolah.  Pembayaran untuk program ini dapat dilakukan dalam dua termin (setahun sekali). Program Integratif ini terdiri dari Tiga Paket.

[Paket Jenius],
·         Psikotes siswa Semi Individual/ Klasikal (2x/2thn)
·         Psikotes siswa Individual (2x/2thn), 
·         Konseling Siswa (8/2thn),
·         Pelatihan Guru (2x/2thn),
·         Konseling Guru (4x/2thn),
·         Seminar Parenting Skills Untuk orangtua (2x/2thn)
·         Pengarsipan Psychological Record siswa dan Guru (1 berkas/org)

 [Paket Superior]
Psikotes Semi Individual  (2x/2thn                                                          
·         Psikotes Individual Pemetaan (2x/2thn)
·         Konseling siswa (8x/2thn)
·         Outbound Training untuk siswa (2x/2thn)
·         Psikotes Klasikal Guru (1x/2thn)
·         Konseling Guru (4x/2thn)
·         Team Building dan Pelatihan Guru (1x/2thn)
·         Parenting Skills Untuk orangtua (2x/2thn)
·         Pengarsipan Psychological Record siswa dan Guru (1 berkas/org)

 [Paket Gifted]
Paket Bebas Pilih layanan Psikologi selama dua tahun dengan minimal 3 program layanan/ 2 tahun, dengan harga paket yang lebih menguntungkan.
8.        




    8.Perbedaan Antara Psikolog Sekolah, Psikolog Pendidikan, dan Guru BK


No.
Aspek perbandingan
Psikolog Pendidikan
Guru BK/BP
Psikolog Sekolah
1.
Jenjang pendidikan

Sarjana psikologi yang telah menjalani pendidikan profesi (berhak membuka praktek)
Minimal sarjana strata 1 (S1) dari jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB), Bimbingan Konseling (BK), atau Bimbingan Penyuluhan (BP)

Sarjana psikologi yang telah menjalani pendidikan profesi (berhak membuka praktek)
3.

Tugas

membantu sekolah secara keseluruhan, sehingga menjadi lebih efektif dalam mendukung kebutuhan khusus dari murid dalam pendidikan, mengembangkan prosedur perilaku yang efektif, dan mengembangkan kebijakan lebih efektif dalam rangka meningkatkan kinerja dan kualitas sekolah

menempati bidang pembimbingan siswa dalam keseluruhan proses dan kegiatan pendidikan, yaitu pengembangan diri peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, dan kepribadian peserta didik di sekolah/madrasah

berperan dalam pengaturan kelas yang berhubungan dengan psikologis siswa juga guru. Psikolog sekolah juga bisa memberikan penilaian intelegensia guru, inovasi guru, dalam mengajar, dan lain sebagainya.
5.

Efek terhadap anak didik

meningkatkan atau mengembangkan kehidupan anak secara positif

mengembangkan hal-hal yang terdapat dalam diri anak didik secara optimal agar dapat mengoptimalkan potensinya bagi dirinya sendiri, lingkungan, dan masyarakat umum

memantau bagaimana prestasi siswa, kelakuan, dan motivasi siswanya
                       

Sumber:
 Sukadji, S. (2000). Psikologi pendidikan dan psikologi sekolah. Depok: Lembaga Pengambangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS